Saturday, June 5, 2010

perbandingan antara Azab Dunia Dan Akhirat

Sesuatu yang pasti terjadi tapi sering dilupakan dan tidak dipedulikan adalah mati. Yakni berhentinya degupan jantung, lalu berhentilah nafas dan aktivitas tubuh lainnya, hingga manusia tidak berguna apa-apa lagi walaupun dia seorang profesor, raja atau presiden. Kalau dibiarkan akan membusuk dan berkerut, maka terpaksa dikubur ke dalam bumi.

Semua orang terdahulu pasti sudah merasakan mati. Mereka sudah tidak ada lagi di muka bumi ini. Yang tinggal hanyalah nama dan sejarah hidup mereka saja. Detik kematian itu juga pasti datang pada setiap orang di antara kita. Kematian adalah program hidup yang tidak bisa tidak pasti akan terjadi sehingga kita sering bertanya-tanya, "Kapankah giliranku untuk mati? Dan apa yang harus aku persiapkan?".

Kesakitan yang dirasakan ketika ruh dicabut dari badan oleh malaikat pencabut nyawa yaitu malaikat Izrail, seperti ditusuk-tusuk tiga ratus kali dengan mata pedang. Tubuh terasa hancur lumat sehingga hilang segala-galanya. Rasa haus yang dirasakan ketika maut tiba sangat menyiksa sehingga kalau air satu lautan habis diminum tidak akan merasa puas juga. Kemudian tersadar kembali sewaktu berhadapan dengan malaikat Munkar dan Nakir. Yakni di suatu alam yang lain dari alam dunia ini yaitu alam Barzakh. Di alam Barzakh ini kita dapat melihat malaikat dan akan bertanya-jawab dengannya, akan diperlihatkan syurga dan neraka dan dapat juga melihat ragam manusia di dunia yang belum mati .

Kalau kehidupan di sana bahagia, akan sangat lama sekali yakni hingga Hari Kiamat, mungkin selama ribuan tahun. Dan kalau tersiksa pun juga begitu lamanya. Bahagia atau derita tergantung pada berhasil atau tidaknya kita ketika hidup di dunia. Jika berhasil menjalankan tugas sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya di muka bumi, maka akan berbahagialah kita di sana. Sebaliknya kalau sewaktu di dunia menjadi hamba nafsu atau syaitan bahkan berjuang untuk itu, maka malaikat akan mengazab kita di alam Barzakh, terkurung selama ribuan tahun dalam azab sengsara.

Begitulah kata Allah dan itulah ketentuan-Nya. Al Quran dan hadits banyak sekali menceritakan tentang hal ini dengan sejelas-jelasnya. Mari kita lihat contoh-contohnya.

"Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa dimintai pertanggunganjawaban)? Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim), kemudian mani itu menjadi segumpal darah lalu Allah menciptakannya sepasang laki-laki dan perempuan. Bukankah (Allah yang berbuat) demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang yang mati?" (QS Al Qiyamah 36-40)

"(Orang kafir) berkata "Apakah sesungguhnya kami benar-benar dikembalikan kepada kehidupan yang sebelumnya?" Apakah (akan dibangkitkan juga) apabila kamu telah menjadi tulang belulang dan hancur lumat ? Mereka berkata "Kalau demikian, itu adalah suatu pengembalian yang merugikan." Sesungguhnya pengembalian itu hanyalah dengan satu tiupan saja. Maka dengan serta-merta mereka hidup kembali di permukaan bumi."QS An Naazi'at 10-14)

"Maka apabila malapetaka yang sangat besar (Hari Kiamat) telah datang. Pada hari ketika manusia teringat apa yang telah dikerjakannya dan diperlihatkan Neraka dengan jelas setiap orang yang melihat. Adapun orang yang melampaui batas dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya Nerakalah tempat tinggalnya. Dan adapun orang yang takut pada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka Syurga tempat tinggalnya." (QS An Naazi'at 34-41)

Demikianlah kita telah diberitahu dengan sejelas-jelasnya tentang sesuatu yang bakal terjadi dan menimpa setiap diri. Apa pendapat Anda, nasib di dunia atau nasib di akhiratkah yang hendak diutamakan? Orang yang kaya di dunia tetapi tidak bertaqwa akan miskin di Akhirat. Kemiskinan di dunia setidaknya masih ada tempat tinggal, pakaian dan makan minum. Masih bisa berikhtiar. Sedangkan jika miskin di Akhirat, sesuap makanan pun tidak dapat, tidak ada seorang pun yang simpati. Kemiskinan dan penderitaan yang mana yang lebih patut untuk ditakuti? Berusaha keras untuk dunia atau bekerja keras untuk akhirat yang harus diutamakan? Rasulullah SAW ketika ditanya:

"Siapakah orang mukmin yang paling cerdik? Sabda Rasulullah: "(Orang yang paling cerdik) ialah orang yang banyak mengingat mati." (Riwayat Ibnu Majah)

Dengan demikian kita dapat memahami bahwa keutamaan harus diberikan kepada urusan-urusan akhirat. Sebab kematian bisa jadi datang esok hari. Dan kalau hal itu terjadi dalam keadaan kita belum menjalankan tugas yang diamanahkan, kita akan menderita selama-lamanya. Sedangkan untuk urusan dunia, kalau hari ini belum selesai, besok bisa disambung lagi. Kelalaian tentang urusan dunia tidak akan mengakibatkan kerugian yang panjang. Contohnya, kalau urusan yang kita tinggalkan dapat disambung lagi kita tidak akan rugi apa-apa. Tapi kalau karena urusan dunia kita menangguhkan shalat kemudian tiba-tiba kita mati sebelum shalat, maka akibat meninggalkan shalat dengan sengaja ialah 40 tahun masuk neraka. Demikian juga halnya kalau kita menimbun uang di bank, konon untuk masa depan. Kalau kita sempat mengalami usia tua mungkin uang itu bisa kita gunakan, itu pun di akhirat tidak mendapat nilai apa-apa. Apa jadinya kalau kita mati sebelum tua? Sudahlah uang itu tidak berguna untuk kita di dunia dan di akhirat kita menderita karena dosa membekukan harta pemberian Allah. Sedangkan kalau harta itu kita korbankan di jalan Allah, di duniapun kita hidup senang. Inilah yang diingatkan oleh Rasulullah SAW melalui sabdanya:

"Berusahalah untuk duniamu seolah-olah kamu akan hidup selama-lamanya. Dan berusahalah untuk akhiratmu, seolah-olah kamu akan mati esok hari." (Riwayat Ibnu Asakir)

Jangan mengartikan hadis ini menyuruh kita bekerja keras di dunia saja, tapi justru bekerja keraslah untuk akhirat. Maksud sebenarnya hadits ini adalah karena untuk urusan dunia masih ada waktu yang lama artinya bisa ditangguhkan atau dikemudiankan. Sedangkan untuk akhirat, karena bisa jadi kita mati esok, harus disegerakan atau didahulukan.

Ingatlah mati dan akibatnya. Kematian itu dahsyat, hebat dan menakutkan baik kepada yang mati dan untuk yang masih tinggal hidup di dunia. Secara sekilas kita sudah menceritakan peristiwa sesudah kematian dan apa akibat mati kepada orang yang mengalaminya. Mari kita lihat akibat mati pada yang hidup. Betapa hebat dan menakutkan! Demikian dahsyatnya akibat kematian, begitu mengerikan dan menakutkan sehingga kita sebut saja mati, orang yang tidak beriman akan sangat benci. Sebaliknya orang yang beriman akan insyaf. Sedangkan para kekasih Allah merasakan mati itu indah karena itu berarti saat pertemuan dengan Allah sudah tiba. Benarlah mati itu sebagai guru. Sabda Rasulullah:

"Cukuplah kematian itu sebagai nasehat." (Riwayat At Thabrani & Baihaqi)

Mengapa Allah menjadikan kematian itu begitu dahsyat? Tentu supaya manusia memberi perhatian serius. Sebab biasanya satu hal yang besar dan dahsyat sangat diberi perhatian oleh manusia. Begitulah sepatutnya dengan mati. Oleh karena akibatnya sangat dahsyat kepada yang mati maupun yang masih hidup, tentu kita tidak bisa berbuat seolah-olah tidak tahu menahu. Kita harus berusaha dan bersiap-siap dengan sebaik-baiknya, agar takdir Allah itu (ujian) dapat dihadapi dengan baik dan berhasil.

Ibarat kita akan menghadapi suatu ujian kenaikan tingkat yang besar dan penting, tentu kita akan bersiap sedia dengan bersungguh-sungguh menghadapinya karena mengharapkan kejayaan. Demikiankan halnya dengan mati ini. Iman dan taqwa, amal sholeh dan akhlak mulia dengan Allah dan dengan manusia adalah syarat penting untuk dapat selamat baik untuk yang pergi atau yang ditinggal. Yang pergi selamat di alam kubur, yang ditinggal tidak merasa menderita karena iman dan taqwa akan jadi penghiburnya.

sumber:http://qaulan.blog.friendster.com/2009/04/perbandingan-azab-dunia-dan-akhirat/

No comments:

Post a Comment