Saturday, October 31, 2009

Kisah Cicak yang Kurang Gizi

INILAH.COM, Jakarta - Seharian ini, Sabtu (31/10), ada yang berbeda dengan gedung KPK di Jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan. Aktifitas di Komisi Pemberantasan Korupsi itu seperti kurang darah. Loyo.

Tidak seperti hari-hari biasanya yang sibuk dan bersemangat, pagi tadi, KPK agak lengang. Para staf sepertinya tidak lengkap. Ada yang bilang, sebagian sedang mengurusi masalah Bibit Samad Riyanto dan Chandra M Hamzah yang ditahan di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok.

Ya, sudah dua hari ini KPK kurang personil di tingkat pimpinan. Bibit dan Chandra, ditahan. Mau tidak mau, terasa sekali aktifitas di KPK tidak greng seperti dulu.

Agak siang, gedung KPK mulai bersemangat. Ini karena mantan Presiden RI ke-4, Gus Dur datang ke tempat itu. Gedung KPK jadi ramai karena Gus Dur membawa rombongan. Dan, tentu saja ratusan wartawan. Intinya, Gus Dur memberikan dukungan moril dan semangat kepada institusi KPK agar tetap bekerja. Agar, lembaga itu tetap menjadi garda depan pemberantasan korupsi.

Rombongan Gus Dur, yang terdiri dari aktivis LSM, mahasiswa, gerakan pemuda dan sederet tokoh nasional, juga melakukan hal yang sama: menginjeksi secara moral kepada KPK. Mereka menyatakan siap berada di belakang KPK untuk agenda besar Indonesia: berantas korupsi!

Kini, sudah tiga pimpinan KPK non-aktif. Semua ada di penjara. Antasari Azhar, Sang Ketua, Bibit Samad Riyanto dan Chandra Hamzah. Yang tinggal di gedung KPK tinggal M Jasin dan Hayono Umar. Ada tambahan tiga pimpinan. Tapi statusnya adalah (Pejabat Pengganti sementara) KPK. Mereka adalah Tumpak Hatorangan, Mas Ahmad Santosa, dan Waluyo.

Beberapa dugaan kasus korupsi, masih diperiksa. Meski tidak segahar dulu. Terakhir, KPK memeriksa mantan Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia, Miranda Goeltom. Dia diperiksa terkait dugaan suap pada pemilihan Deputi Senior Gubernur BI.

Selain itu, KPK juga masih menjalankan tugas memanggil dan menyelidiki beberapa kasus suap. Tapi, klasifikasinya bukan kakap. Teri!

KPK juga memanggil beberapa mantan anggota Komisi IX DPR RI periode 2004. Mereka diperiksa sebagai saksi untuk 4 tersangka, Hamka Yandhu, Endin, Uju, dan Dudi Makmur Murod. Selebihnya, aktivitas KPK kembali kurang gizi, tertutup dan sepi agenda.

Juru bicara KPK, Johan Budi mengakui, secara psikologi pimpinan KPK memang terpengaruh atas persoalan yang terjadi.Namun, secara kelembagaan para petinggi KPK tetap tegar, dan tetap bekerja profesional menjalankan amanah rakyat.

Di lantai tiga, yang biasanya menjadi tempat para penyidik KPK memeriksa saksi terkait dugaan korupsi, juga mulai sepi. Sementara, ruangan para pimpinan KPK yang berada di lantai tujuh, dan dijaga ketat oleh petugas KPK. Tidak sembarangan orangbisa masuk, terutama wartawan.

Yang masih ramai hanya press-room. Paling tidak, masih ada puluhan wartawan yang setia menunggu berita dari KPK. Apakah itu hasil pemeriksaan, temuan baru atau perkembangan kasus.

Beruntung, press-room tepat berada di depan pintu utama sebelah kiri. Di situ adalah akses utaman pemberitaan di KPK, yakni ruangan para pimpinan atau jubir KPK biasa menggelar jumpa pers.

Kini, Cicak seperti kurang darah. Jumpa pers atau keterangan tak lagi penuh semangat seperti dulu. Alasannya, macam-macam. Karena rahasia. Atau, untuk menjaga kredibilitas dan independensi institusi KPK. Begitulah kisah cicak, yang hari-hari ini semakin sepi dari urusan kasus-kasus korupsi.[ims]

No comments:

Post a Comment